Mahasiswa di Kota Semarang, Jawa Tengah, memblokir jalan dengan membakar
ban dan kayu di jalan di depan kampus Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang, Senin 17 Juni 2013. Akibatnya lalulintas macet.
Bentrok pun pecah ketika polisi berusaha memadamkan api, bahkan seorang
supir truk, Umar, dikeroyok massa hingga memar di kepalanya. “Truk saya
ditendang dan dilempari," kata Umar.
Koordinator aksi, Amri Zaroiz mengatakan tindakan mahasiswa itu karena aksi damai menolak kenaikan harga BBM tak digubris. “Aksi damai kami tidak pernah digubris makanya kami lakukan aksi ini," katanya. Aksi berlangsung selama 20 menit setelah mahasiswa mundur masuk kampus. Aksi serupa juga berlangsung di Jalan Pahlawan.
Di Surakarta ratusan mahasiswa dan warga menggelar protes yang sama di Bundaran Gladak. Saat akan membacakan pernyataan sikap, massa membuat lingkaran besar sehingga menutup semua lajur di Jalan Slamet Riyadi. "Kita tutup jalan selama lima menit untuk pernyataan sikap," kata Budi Subarjo, salah seorang mahasiswa. Polisi yang mencoba mendekat gagal bernegosiasi.
Koordinator aksi, Amri Zaroiz mengatakan tindakan mahasiswa itu karena aksi damai menolak kenaikan harga BBM tak digubris. “Aksi damai kami tidak pernah digubris makanya kami lakukan aksi ini," katanya. Aksi berlangsung selama 20 menit setelah mahasiswa mundur masuk kampus. Aksi serupa juga berlangsung di Jalan Pahlawan.
Di Surakarta ratusan mahasiswa dan warga menggelar protes yang sama di Bundaran Gladak. Saat akan membacakan pernyataan sikap, massa membuat lingkaran besar sehingga menutup semua lajur di Jalan Slamet Riyadi. "Kita tutup jalan selama lima menit untuk pernyataan sikap," kata Budi Subarjo, salah seorang mahasiswa. Polisi yang mencoba mendekat gagal bernegosiasi.
Usai pembacaan pernyataan sikap, sejumlah mahasiswa menginjak-injak dan berusaha membakar foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Polisi membiarkan tindakan itu, tapi Komandan Kodim Surakarta Letkol Ujang Darwis menerobos kerumunan massa dan berusaha mencegah. Darwis justru terjebak dalam aksi dorong dengan mahasiswa. Sejumlah polisi baru membantu saat Darwis terdorong mundur dari kerumunan massa. Menurut Darwis, pembakaran foto presiden merupakan tindakan yang melanggar hukum. "Menista simbol negara tidak bisa dibiarkan," katanya.
Adapun Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta, Ajun Komisaris Besar Guritno Wibowo menolak tudingan polisi melakukan pembiaran. "Nanti kami dokumentasikan," katanya di lokasi aksi. Sedangkan koordinator aksi, Wahyudi mengatakan, pembakaran foto presiden tak akan diulang pada aksi selanjutnya. "Kami akan membuat kreasi yang baru," katanya.
Di Yogyakarta ratusan mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) DIY mendatangi Kantor Gubernur di komplek Kepatihan Yogyakarta. Tapi masiswa dilarang memasuki komplek Kepatihan sehingga gagal bertemu Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X. “Kami ingin (bertemu) Sultan sampaikan pernyataan,” ujar juru bicara KAMMI, Robert Edy Setiawan.