Mimika,-- Sejumlah mama asli Papua yang hari-harinya berjualan di depan Bandar Udara Internasional
Moses Kilangin Mimika, Papua meminta PT.
Freeport Indonesia dan Manajemen Bandar Udara menyediakan lokasi dan bangunan pasar
beratap di sekitar Bandara.
"Kami anggap cocok untuk mencari nafkah di sini, apalagi hidup di Timika harga serba mahal. Oleh karena itu kami mohon PT.Freeport Indonesia dan Bandara sediakan satu lokasi agar pihak LPMAK, Biro Ekonomi suku Mee membangun tempat jualan bagi kami," kata mama yang lain, Mama Doo. Selasa, 23 Juli 2013.( PM/IM ).
Kepada majalahselangkah.com, Senin (22/07/13), Tina
Pakage mengatakan, ia bersama mama-mama
lain sudah meminta kepada Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro
(LMPAK) Biro Suku Mee, Martinus You. Dikatakannya, permintaan itu telah
disetujui tetapi pihak Manajemen Bandara belum menyediakan tempat untuk
pembangunan pasar.
"Kami masih
jualan di sini. Dari dulu. Pihak Bandara belum menyediakan lokasi untuk bangun
tempat jualan. Katanya, wilayah ini milik persuahan," kata Tina Pakage didampingi
Tekla Bobii dan rekan-rekan lain.
"Kami mulai
jualan di Bandara ini sejak tahun 1996, kini 18 Tahun. Kami jualan dengan
mengalas plastik dengan beratap payung dan selalu pindah-pindah tempat karena
sering dilarang jual oleh petugas Bandara. Tapi kami selalu katakan Bandara itu belum bangun kami sudah jualan di tempat
ini. Jadi, kami hanya minta sediakan satu lokasi di sekitar Bandara untuk
bangun tempat jualan yang layak bagi kami," tuturnya.
Tina Pakage
dan teman-temannya menuturkan kekecewaannya atas apa yang mereka nilai
distriminasi. "Pihak pendatang diijinkan jualan di dalam ruang tunggu sedangkan
kami tidak. Kami berjualan di luar tadah
hujan dan panas tiap hari selama mulai dari jam 6:30 hingga 3:30 WIT. Kalau
pajak ya kami juga bias bayar," katanya.
Mama Gobay mengulang kembali apa yang pernah dikatakan Denis, Pilot pesat Maf berkebangsaan Amarika Serikat. "Pihak Bandara diminta jangan melarang mama-mama Papua yang jual baran-barangnya. Mereka sangat membantu penumpang yang hendak pergi dari Timika maupun datang ke Timika untuk beli makanan, minuman serta barang lain yang mereka sediakan di sini. Seharusnya mereka disediakn tempat jual yang ada atapnya. Apalagi mata pencaharian mereka hanya jualan untuk menghidupi keluarga serta membiayai anaknya sekolah," kata mama Gobay menirukan Denis.
Kata dia,
setelah ada permintaan dari Pilot Denis, mereka izinkan jualan. "Sekarang kami
tidak dilarang jual barang oleh pihak Bandara. Kami hanya mengeluh soal tempat
jual, mereka mengijinkan kami bisa jualan tapi harus perhatikan kebersihan
lingkungan,jangan menambah pedang personil lainya, cukup enam mama terdiri dari mama Pakage, Mama Bobii, Mama
Gobay dan Mama Bukega serta Mama Doo, dan satu lagi," kata mama Gobay. Mama Gobay mengulang kembali apa yang pernah dikatakan Denis, Pilot pesat Maf berkebangsaan Amarika Serikat. "Pihak Bandara diminta jangan melarang mama-mama Papua yang jual baran-barangnya. Mereka sangat membantu penumpang yang hendak pergi dari Timika maupun datang ke Timika untuk beli makanan, minuman serta barang lain yang mereka sediakan di sini. Seharusnya mereka disediakn tempat jual yang ada atapnya. Apalagi mata pencaharian mereka hanya jualan untuk menghidupi keluarga serta membiayai anaknya sekolah," kata mama Gobay menirukan Denis.
"Kami anggap cocok untuk mencari nafkah di sini, apalagi hidup di Timika harga serba mahal. Oleh karena itu kami mohon PT.Freeport Indonesia dan Bandara sediakan satu lokasi agar pihak LPMAK, Biro Ekonomi suku Mee membangun tempat jualan bagi kami," kata mama yang lain, Mama Doo. Selasa, 23 Juli 2013.( PM/IM ).